• Home
  • About
    • Author
    • Satsuma Biru
  • Categories
    • Travel
    • Culture
    • Live Hack
  • Countries
    • Australia
    • Indonesia
    • Japan
    • South Korea
  • Language
    • 日本語
    • English
    • Bahasa
  • Others
    • FAQ
    • miscellaneous
    • blog walking
linkedin facebook twitter instagram pinterest bloglovin Email

Satsuma Biru

Ikatlah Ilmu dengan Menuliskannya - Ali bin Abi Thalib -

Setelah short break beberapa minggu lalu untuk fokus ke pindahan dan latsar pekerjaan (tulisan ini nanti saya post di blog Satsuma Career), tanpa terasa saya sudah kangen ngeblog lagi 😌😀

Throwback ke beberapa tahun belakang, saya seperti masih bisa merasakan perubahan musim di Jepang diiringi dengan berbagai specialties-nya. Jujur, masa-masa tinggal di Jepang waktu kuliah dulu itu sangat berat sekaligus ngangenin. Terutama ketika kita sudah bisa membaur dengan budaya mereka, rasanya nggak ada momen yang tidak ada event spesial-nya.

Tsuyu (梅雨)

Sepengetahuan saya dahulu sebagai orang awam, bulan Juni adalah awal dari musim panas di belahan bumi utara. Ternyata proses perubahan musim dari yang mulanya sejuk berangin (musim semi) ke musim panas yang nyaris tidak ada angin ini rasanya seperti anomali. Bulan Juni-Juli, untuk kurun waktu kurang lebih 1 bulan, biasanya curah hujan di Jepang sangat tinggi dibanding bulan-bulan lainnya, sehingga disebut sebagai musim hujan atau tsuyu (梅雨). 

Tsuyu ini hanyalah salah satu jenis musim hujan yang ada di Jepang. Musim hujan yang  disebut uki (雨季) adalah istilah umum yang digunakan untuk menyebut hujan yang terjadi saat memasuki musim panas pada bulan 6-7 atau tsuyu, hujan pada musim gugur di bulan 9 atau akisame (秋雨), dan hujan salju di sisi Laut Jepang pada musim dingin bulan 12-2 atau kousetsu (降雪). 

Dari definisi ini, kita juga akan merujuk pada pilihan kata uki dalam bahasa Jepang untuk menyebut musim hujan yang terjadi di Indonesia.

Saat tsuyu tiba

Saat tsuyu, langit hampir setiap hari berawan atau mendung dan sering hujan baik gerimis sampai hujan lebat. Tetapi... karena kelembapannya cukup tinggi, rasanya gerah atau sumuk. Selain itu, musim ini membuat banyak orang malas melakukan aktivitas di luar rumah karena ribet, basah dan pakaian/sepatu mudah kotor. Orang Jepang menyebut kondisi ini dengan istilah "jime-jime", yaitu kondisi yang sangat lembab, tidak menyenangkan, kotor, atau suram. 

Tsuyu di Kagoshima, biasanya berlangsung bulan Juni-Juli

Hal yang perlu diperhatikan saat tsuyu

The worst part dari tsuyu adalah rawan terjadi bencana banjir bandang dan tanah longsor. Hal ini karena bentuk topografi Jepang banyak di dominasi perbukitan ini sangat rentan terkikis air hujan, dan tentu saja jumlah air hujan yang pada musim ini melebihi kapasitas sungai-sungai untuk menampungnya. Dan buat teman-teman yang merencanakan jalan-jalan pada musim ini, saya sarankan untuk membeli tiket yang bisa direschedule atau bisa dicancel sewaktu-waktu. Ini karena dampak hujan lebat, tanah longsor, banjir, dll bisa membuat jadwal beroperasi kereta, bus, ataupun pesawat dibatalkan secara mendadak. 

Pengalaman di tahun 2018 saat akan ke Oita Perfecture, saya terjebak di Hakata Station (Fukuoka Perfecture) karena hujan yang terlalu lebat, tidak ada kereta ataupun bus yang dioperasikan menuju Oita. Sejak saat itu, saya selalu menghindari traveling antara bulan Juni-Juli.

Traveling saat tsuyu

Hal menarik saat tsuyu: Hydrangea

Well, tapi jangan bersedih karena curah hujan yang cukup tinggi ini justru sangat cocok dengan kondisi tumbuh tanaman Hydrangea atau dalam bahasa Jepang disebut dengan Ajisai (紫陽花). Hydrangea akan memanjakan mata kita dengan berbagai warna dan bentuknya saat tsuyu tiba. 

Hydrangea macrocarpha (courtesy of: @ainun_gumay)

Warna Hydrangea

Hydrangea merupakan tanaman semak yang warna bunganya ditentukan oleh reaksi antosianin pada bunga dengan  ketersediaan ion Alumunium di tanah tempatnya tumbuh.

Tingkat pH (keasaman) tanah akan menentukan warna bunga Hydrangea, karena pH tanah inilah yang menentukan apakah ion alumunium ini akan larut dalam tanah atau tidak. Pada pH rendah (kondisi asam), ion alumunium akan larut dan dapat terserap oleh akar hydrangea, sehingga jika dipadukan dengan antosianin bunga akan berwarna biru. Sebaliknya, jika kondisi pH tanah normal (pH = 7) atau tinggi (kondisi basa), bunga akan berwarna merah karena alumunium tidak larut dan tidak akan terserap oleh akar tanaman. 

Jadi, untuk memodifikasi tanaman agar memiliki bunga berwarna biru, cukup dengan diberikan pupuk yang mengandung kapur dolomit atau tawas yang mengandung alumunium. Well done, my academic background can explain this scientific phenomena 😆

Hydrangea macrophila "Big Daddy" di Jigenji Pak, Kagoshima (Courtesy of @ainun_gumay)

Asal-usul Hydrangea

Hydrangea adalah tanaman asli Jepang, namun pada jaman dahulu tidak begitu populer seperti saat ini. Pada era Meiji, Hydrangea banyak diintroduksikan ke Cina dan negara-negara Barat, kemudian masuk kembali ke Jepang setelah mengalami banyak perubahan (pemuliaan).

 Baru setelah Perang Dunia ke-2, hydrangea ini mencuri perhatian turis asing karena warnanya yang cerah dan bentuknya yang bervariasi. Ada banyat tempat terkenal yang bisa dikunjungi untuk melihat tanaman hydrangea, meskipun kita akan lebih sering menjumpainya sebagai hiasan dalam kolam air yang digunakan untuk mensucikan diri di depan jinja (shrine) atau otera (kuil). 

Hydrangea = Bunga Kematian

Bunga hydrangea memiliki kelompak empat buah sering dianggap mengarah pada kematian. Bahasa jepang dari angka 4 adalah shi (四), dan kematian adalah shi (死). Pelafalan shi yang sama ini membuat angka 4 sering dikonotasikan dengan kematian.

Selain itu, saat tsuyu tiba, suhu berubah drastis sehingga banyak ditemukan orang sakit dan meninggal karena pada masa itu ilmu perawatan medis belum secanggih saat ini. 

Kenapa Hydrangea banyak Ditanam di Kuil?

Masih dengan anggapan sebagai bunga kematian, hydrangea banyak ditanam terutama di daerah tempat terjadinya epidemi. Namun, seiring berjalannya waktu dan berkembangnya fasilitas dan ilmu kesehatan, epidemi tidak lagi menyebabkan kematian. 

Selanjutnya, hydrangea banyak ditanam di kuil-kuil di Jepang (salah satunya di Kamakura) karena mudah perawatannya dan terlihat sangat indah.

Kenapa Hydrangea tidak Ditanam di Kebun?

Pertama, karena hydrangea sering diasosiasikan dengan kematian maka menanamnya di kebun dianggap membawa ketidakberuntungan.

Kedua, fengshui-nya tidak baik. Terutama bagi keluarga yang memiliki anak perempuan yang belum menikah, menanam hydrangea di kebun dipercaya akan menyebabkan keberuntungannya terserap.

Ketiga, alasan yang lebih logis yaitu karena daun hydrangea beracun. Memakan daun hydrangea dalam jumlah kecil meskipun tidak menyebabkankan meninggal, tetapi menyebabkan keracunan ringan. Oleh karena itu, alangkah baiknya tidak menanam di kebun agar tidak termakan oleh anak kecil secara tidak sengaja.

Hydrangea dalam berbagai bentuk dan warna 

Berikut ini adalah daftar koleksi berbagai jenis hydrangea yang ditangkap kamera oleh mbak Ainun, selama tinggal di Kagoshima. Semakin unik warna dan bentuknya, harganya juga semakin mahal. 

Selamat memanjakan mata 😉


Hon Ajisai (本紫陽花) atau Hydrangea Buku

Hon Ajisai adalah spesies hydrangea sederhana yang dibudidayakan asli Jepang. Hydrangea ini berbentuk temari atau setengah melingkar dengan sebagian besar mahkota bunga-nya adalah bunga hias. 

Hydrangea macrophylla var.macrophylla : Hon Ajisai (Courtesy of @ainun_gumay)

Seiyou Ajisai (西洋アジサイ) atau Western Hydrangea 

Hydrangea aslinya berasal dari Jepang, kemudian dibawa ke Cina dan ke Barat, dan setelah mengalami berbagai perubahan, kembali lagi ke Jepang. Hydrangea yang diintroduksikan kembali ke Jepang ini disebut Western Hydrangea, memiliki lebih banyak variasi penampilan.

Hydrangea macrophylla var.macrophylla : Seiyou Ajisai  (Courtesy of @ainun_gumay)
Hydrangea macrophylla var.macrophylla : Seiyou Ajisai (Courtesy of @ainun_gumay)
Hydrangea macrophylla var.macrophylla : Seiyou Ajisai (Courtesy of @ainun_gumay)

Yama Ajisai (山紫陽花) atau Hydrangea Gunung

Yama Ajisai dikenal juga dengan nama mountain hydrangea dan tea of heaven. Tanaman ini merupakan tanaman asli di pegunungan Korea dan Jepang. Jenis ini banyak dibudidayakan sebagai tanaman ornamental yang menarik banyak pecinta tanaman.

Hydrangea serrata: Mountain Hydrangea atau Tea of Heaven  (Courtesy of @ainun_gumay)

Gaku Ajisai (額紫陽花)

Gaku Ajisai adalah semak asli Jepang yang menyebar di wilayah Kanto hingga Chubu, Kepulauan Izu dan Ogasawara. Semak ini tumbuh di daerah pantai yang beriklim sedang. Daunnya tebal, elips lebar dan berhadapan. Corymbs terbentuk di cabang-cabang baru, dan bunga biseksual di tengah dan bunga netral di sekitar pinggiran yang mekar dari bulan Juni sampai Juli. 

Hydrangea macrophylla f. formalis: Gaku Ajisai (Courtesy of @ainun_gumay)

Well, demikian cerita throwback saya mengenang masa-masa perubahan musim panas dengan berbagai suka-dukanya. Sampai bertemu lagi di cerita selanjutnya 😉


Salam,






Share
Tweet
Pin
Share
14 comments

Azalea atau Rhododendron sp. adalah salah satu bunga musim semi di negara empat musim. Namun demikian, nama bunga Azalea mungkin sangat familiar di telinga teman-teman karena banyak dibudidayakan di dataran tinggi di Indonesia.

Dalam bahasa Jepang, azalea disebut tsutsuji (躑躅), bermula dari sebuah pepatah "sangat indah sehingga orang menghentikan langkahnya". Kanji 躑 dan 躅, keduanya sama-sama mempunyai makna "berhenti".

Budidaya Azalea juga sudah menjadi tradisi dalam sejarah Jepang. Jepang sendiri memiliki lebih dari 40 varietas Azalea endemik. Bunga yang memiliki warna berbeda-beda, mulai dari pink, putih, merah, orange, dll. ini akan bermekaran indah pada bulan April - Mei. 

Azalea berwarna pink dipadukan dengan tanaman semak berbunga kuning

Spot untuk Melihat Azalea

Banyak tempat yang bisa dikunjungi untuk melihat hamparan Azalea, baik itu di taman, kuil, dan bahkan pegunungan. Contohnya: Nezu Shrine (Tokyo), Shiofune Kannon-ji Temple (Tokyo), Mt. Tokusenjo (Miyagi), Komurama Park (Shizuoka), Mifuneyama Rakuen (Saga), dst. Informasi tempat-tempat tersebut bisa diakses di website Kyuhoshi dan sumber lainnya. Beberapa tempat, contohnya Nezu Shrine, juga menyelenggarakan festival azalea saat musim semi dimana bunga tersebut bermekaran dengan sempurna. 

Waktu berbunga dari azalea dari bulan April sd Mei ini hampir bersamaan dengan mekarnya bunga sakura jenis Somei Yoshino. Sehingga jika kamu beruntung, kamu bisa melihat keduanya mekar bersamaan di taman.

Azalea dan Sakura jenis Somei Yoshino mekar bersamaan di Kotsuki River, Kagoshima

Tanaman di Pinggir Jalan 

Tanaman pinggir jalan ditanam dengan beberapa tujuan, yaitu sebagai salah satu upaya pelestarian lingkungan (sebagai penyerap karbon dioksida), perbaikan lanskap, dan keselamatan lalu lintas. Diantara beberapa pohon, seperti ginko dan sakura, azalea juga sering ditanam. Azalea secara khusus memiliki kemampuan untuk menyerap formaldehid (salah satu penyebab Sick Building Syndrome) dan memurnikan udara. 

Pemilihan tanaman pinggir jalan ini juga mengacu pada karakteristik regional. Sebagai semak, azalea umum digunakan sebagai tanaman pinggir jalan khususnya di wilayah Kyushu. Memiliki kemampuan adaptasi pada lingkungan ekstrim, membentuk lanskap yang indah tanpa gangguan serangga dan kemampuan memurnikan udara menjadi alasan utama azalea dipilih sebagai tanaman pinggir jalan. 

Kombinasi berbagai warna azalea di depan kampus Kagoshima University

Azalea sebagai tanaman pinggir jalan

Miyama Kirishima

Buat para pendaki gunung, pasti tidak asing dengan Miyama Kirishima yang merupakan sebutan lain dari Kyushu Azalea. Miyama merujuk pada tanaman alpine, sedangkan Kirishima adalah nama Pegunungan Kirishima. Meskipun demikian, Miyama Kirishima tidak hanya endemik di Kirishima, tetapi juga banyak ditemukan di sepanjang gugusan Gunung Aso dan Gunung Unzen, membuat seluruh Kuju terkenal secara nasional.

Kyushu azalea tumbuh berkelompok di lereng gunung yang gundul dimana ekosistemnya terganggu oleh letusan gung berapi. Dengan kata lain, tempat dengan sedikit pohon atau tanpa naungan akan lebih cocok untuk pertumbuhan azalea. Tanaman azalea ini selanjutnya akan menghilang tergantikan oleh munculnya pepohonan baru beberapa dekade setelah letusan gunung berapi.

Miyama Kirishima di Mt. Karakuni (Courtesy of Japan Travel)

Okay... demikian sedikit penjelasan tentang tanaman azalea yang berwarna-warni di musim semi di Jepang. Sampai jumpa di cerita berikutnya ya...


Salam,







Referensi:

1. Kyushu Azalea (Miyama Kirishima) in the Kuju Mountain Ridge 

2. なぜ道路脇に「ツツジ」多い? 一般道や高速道脇に植物が存在する理由とは

Share
Tweet
Pin
Share
11 comments

Berbicara tema wisata yang bersifat musiman memang tidak akan pernah ada habisnya. Dari semua jajaran itu, memang bunga Sakura adalah juaranya tema wisata di musim semi. Tapi kalau melewatkan momen karena sibuk pindahan atau jadwal liburannya sedang tidak cocok, tidak ada salahnya teman-teman mempertimbangkan bunga Wisteria.

Buat penggemar anime Demon Slayer (Kimetsu no Yaiba) pasti sangat akrab dengan bunga satu ini yang konon dalam cerita sangat dibenci oleh demon atau iblis karena efeknya yang sangat beracun di tubuh mereka.

Wisteria Kimetsu no Yaiba
Kamado Tanjiro di anime Kimetsu no Yaiba memasuki hutan penuh Wisteria


   


Selepas dari cerita tersebut, buat Wisteria atau yang dalam bahasa Jepang-nya disebut Fuji (藤) ini memiliki aroma yang sangat harum. Wisteria mulai mekar bersamaan dengan Sakura, yaitu akhir bulan Maret, dan mencapai full bloom pada akhir April hingga pertengahan Mei. 

Wisteria adalah tanaman endemik Jepang yang habitat tumbuhnya berada di pinggiran hutan di bawah perbukitan. Jadi, jangan kaget kalau taman khusus yang ditanami bunga Wisteria itu terletak cukup jauh dari pusat kota dan kurang ramah akses transportasinya.  

Karena antusias wisawatan yang cukup bagus terhadap bunga ini, untuk mengunjungi taman tematik bunga Wisteria, kini pihak penyelenggara event juga menyediakan shuttle bus yang akan menjemput dari akses transportasi umum terdekat, seperti stasiun kereta. 

Dan saat ini wisteria bisa ditemui dengan mudah di taman perkotaan yang biasanya dijadikan atap gazebo tempat peristirahatan. 

Tempat favorit untuk melihat bunga Wisteria di Jepang

Ashikaga Flower Park di Tochigi dan Kawachi Wisteria Garden di Fukuoka adalah dua nama tempat yang paling populer bagi turis asing karena pernah dinobatkan oleh CNN sebagai Japan most beatiful places. 

Ashikaga Flower Park khas dengan light up atau illumination-nya di malam hari, sedangkan Kawachi Wisteria Garden  khas dengan Wisteria Tunnel-nya yang tulisannya ada di artikel The Purple of Wisteria Tunnel. Kedua tempat ini menanam banyak varietas Wisteria, sehingga jangan heran jika nanti akan dijumpai bunga wisteria dalam berbagai bentuk dan warna.

Wisteria in Ashikaga Flower Park & Kawachi Wisteria Garden
Illumination and Tunnel of Wisteria

Nah, bagi teman-teman yang tinggal di Kagoshima tidak perlu jauh-jauh pergi ke tempat lain untuk melihat bunga Wisteria. Berikut akan saya tuliskan tempat-tempat untuk melihat bunga Wisteria di sekitar Kagoshima:


Wake Park

Wake Park terletak tidak jauh dari Wake Shrine di Kirishima City. Wake Shrine didedikasikan untuk Wake no Kiyomaru dari Wake-cho, Okayama Perfecture, tempat dimana berbagai jenis Wisteria ditanam. Wisteria di Wake Shrine ditanam pada tahun 2000 dari sumbangan 23 jenis wisteria pada peringatan 1200 tahun kematian Wake no Kiyomaro.

Wisteria in Kagoshima
Wisteria Flowers in Wake Park

Setiap tahunnya pada saat bunga Wisteria berbunga, Wake Park menyelenggarakan Wake Park Wisteria Festival (和気公園藤まつり). Pengunjung bisa melihat-lihat berbagai jenis wisteria di Wake Park dengan biaya masuk sekitar 500 Yen. Tempat parkir juga disediakan bagi pengunjung yang membawa kendaraan pribadi ke tempat ini.

Wake Park Wisteria Festival in Kagoshima
Wake Park Wisteria Festival

Fujimoto Waterfall Park

Fujimoto Waterfall Park terletak di Satsumasendai City di Perfecture Kagoshima. Tempat ini dikelola oleh komunitas lokal di Fujimoto, Satsumasendai. 

Fujimoton Waterfall Park terbuka untuk umum baik untuk berkunjung ke air terjunnya ataupun bunga Wisteria. Informasi terupdate terkait mekarnya bunga Wisteria di tempat ini dapat dilihat di website Satsumasendai Tourism.

Wisteria at Fujimoto Park Satsumasendai Kagoshima
Wisteria at Fujimoto Waterfall Park

Kokubu Shiroyama Park

Kokubu Shiroyama Park merupakan taman umum yang terletak di Kirishima City. Pengunjung tidak dikenai biaya untuk memasuki area ini, tetapi beberapa fasilitas seperti ferris wheel dan gocart diperlukan tiket untuk menaikinya.

Di sebelah utara taman, teman-teman dapat melihat Pegunungan Kirishima. Di selatan, teman-teman dapat melihat pemandangan Sakurajima dalam kemegahannya dan Kinko Bay dengan ombaknya yang tenang. 

Di taman ini terdapat playground anak-anak yang cukup besar. Bunga Wisteria akan bermekaran di akhir Maret hingga pertengahan Mei.

Wisteria di Shiroyama Park, Kokubu

Kotsuki River

Kotsuki River yang membelah Kagoshima City merupakan salah satu tempat bersantai dengan pemandangan gunung Sakurajima. Selain terdapat jalan yang memuat sejarah Restorasi Meiji, sepanjang bantaran sungai ini ditumbuhi pohon Sakura. 

Wisteria Flower in Kagoshima
Gazebo beratapkan bunga Wisteria
Saya menyadari Wisteria di Kotsuki River pertama kali saat saya sedang berlari di Jogging Track. Ketika saya mulai terengah-engah setelah berlari dua kali di Jogging Track, tiba-tiba saya mencium aroma yang sama dengan di Kawachi Wisteria Garden (Kitakyushu, Fukuoka). Bukankah ini aroma Wisteria? Dan saat saya menoleh ke atap Gazebo, memang disitu terdapat Wisteria yang sedang mekar penuh.
Wisteria in Kagoshima
Wisteria di Kotsuki River
Di setiap jembatan di Kotsuki River, setidaknya terdapat satu gazebo beratapkan bunga Wisteria yang berbunga antara akhir Maret hingga pertengahan Mei. Meskipun bunga Wisteria di tempat ini tidak mekar selebat di tempat lain, tetapi bagi teman-teman yang penasaran dengan bunga dan aroma Wisteria bisa mengunjungi Kotsuki River.

Demikian teman-teman informasi tentang bunga Wisteria di Jepang, khususnya di Kagoshima Perfecture. Bunga Wisteria adalah salah satu bunga yang mekarnya sangat dinantikan di musim semi. 


Sampai bertemu lagi di jalan-jalan selanjutnya 😉

Salam,







Share
Tweet
Pin
Share
25 comments

Pertama kali saya melihat hamparan biru bunga Nemophila di website Hitachi Seaside Park, saya langsung jatuh cinta sama pemandangannya. Buat saya penyuka warna biru, belum pernah rasanya melihat hamparan bunga warna biru di taman yang cukup luas.

Ini salah satu trigger saya ingin balik ke Jepang lagi setelah sempat melakukan short visit selama 10 hari. Gambar dibawah ini sampai saya jadikan cover di facebook biar menjadi motivasi 😉. Alhamdulillah, tiga tahun setelah itu saya diberi kesempatan untuk studi lanjut ke Jepang. 

Well, cerita dimulai!! 😎

Nemophila di Hitachi Seaside Pak

Tempat tinggal saya selama di Jepang adalah di Kagoshima, perfektur yang terletak paling bawah di Pulau Kyushu. Sedangkan Hitachi Seaside Park itu terletak di Perfektur Ibaraki (wilayah Kanto), boleh di bilang cukup jauh dari Kagoshima dan mahal ongkosnya kalau hanya untuk jalan-jalan. 

Meskipun saya pernah mendapat kesempatan ke Tsukuba untuk melakukan presentasi ilmiah, tapi sangat tidak memungkinkan untuk mengunjungi Hitachi yang lokasinya perlu ditempuh dua jam perjalanan menggunakan kereta dari pusat kota 😓. 

Sampai suatu ketika saya menemukan foto Sakura dan Nemophila mekar bersamaan yang cukup trending dari akun instagram @puraten10_blue. Foto ini beliau ambil di Umi no Nakakamichi, Fukuoka, yang lokasinya masih di Pulau Kyushu. Well, saya makin bersemangat menyusun rencana jalan-jalan dengan Foreign Student Pass tentunya 😇

Sakura dan Nemophila yang mekar bersamaan di Umi no Nakamichi, Fukuoka

Sampai pada saat yang ditentukan pandemi Covid-19 membuat Jepang menerapkan State of Emergency, dimana Fukuoka termasuk dalam jajaran daerah dengan tingkat penularan cukup tinggi di Jepang. Bepergian ke perfekture tersebut, ketika kembali ke daerah dengan tingkat penularan lebih rendah, seperti Kagoshima, perlu melakukan self isolation selama dua minggu. Well, jalan-jalan jadi mendokusai 😓

Eh, tapi jalan-jalan di dalam perfekture tidak dilarang kan? Saya masih belum mau menyerah. 

Jujur saja situasi saat itu sangat mencekam. Jalan-jalan relatif lebih sepi dibanding biasanya. Aktivitas kampus sangat dibatasi dan lebih banyak menggunakan zoom. Tidak punya teman, karena memang tidak ada foreign student yang bisa masuk ke Jepang saat itu. Saya butuh refreshing!!

Hamparan Nemophila di Jigenji Park, Kagoshima

Entah bagaimana saat itu saya teringat kalau ada dua taman di Kagoshima yang selalu mengganti jenis tanamannya setiap musim agar menjadi tempat sightseeing menarik di setiap musimnya, yaitu Urban Agricultural Center (都市農業センター)dan Jigenji Park(慈眼寺公園). Di Urban Agricultural Center biasanya menanam rapeseed (nanohana) pada musim semi, dan ketika saya mendapatkan info kalau Jigenji Park menanam nemophila untuk musim semi, saya memutuskan untuk pergi ke tempat ini.

Saya berangkat dengan bus pukul 07.00 menuju Jigenji Park yang lokasinya sekitar 30 menit dari apartemen. Awal april suhu di pagi hari masih cukup dingin, yaitu 10 derajat celcius, sehingga saya perlu membawa jaket. Well, saya tiba pagi-pagi sekali saat hanya satu dua orang yang berusia lanjut melakukan olahraga pagi atau sekedar jalan-jalan di sana.

Nemophila dan Sakura di Jigenji Park

Karena tidak ada orang, saya cukup puas menghabiskan waktu sekitar satu jam lebih untuk berfoto-foto dari segala sudut. Teman-teman bisa melihat seluruh foto yang saya ambil ini menunjukkan sudut yang berbeda-beda. Ada yang menghadap perbukitan dengan hamparan Nemophila yang lebih luas, ada yang menghadap parkir mobil dimana terletak bunga Sakura yang sedang mekar penuh, dan ada juga bunga Azalea (tsutsuji) yang kuncupnya mulai bermekaran. 

Sakura, Nemophila, Tulip dan Azalea memang memiliki waktu berbunga yang hampir bersamaan. Jadi tidak jarang bisa kita temui warna warni bunga yang indah di suatu taman yang menanam jenis bunga tersebut secara berdampingan.

Nemophila dan Azalea di Jigenji Park

Di sela-sela bunga Nemophila ini bisa ditemui lebah-lebah beterbangan. Saya yang suka fotografi makro, tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini. Karena foto lebah yang menghisap nektar bunga Nemophila itu cukup susah diambil dan memiliki nilai seni 😀

Lebah menghisap nektar bunga Nemophila

Jigenji adalah kawasan taman yang cukup luas. Terdapat hutan bambu dan taman bermain anak-anak di bawah pohon sakura jika kita menuruni tangga ke bawah. Jika berkunjung ke tempat ini di siang hari, bisa menyempatkan diri untuk menyantap Nagashi Soumen yang cukup terkenal dan hanya buka dari musim semi ke musim gugur saja. 

Nemophila

Karena saat State of Emergency semua tempat makan tutup, jadi saya memutuskan untuk skip makan soumen nagashi, dan langsung ke kampus dengan menggunakan kereta. Sesampainya di kampus pun saya masih menyempatkan untuk memfoto bunga Azalea di sepanjang batas jalan, bunga Sakura yang mekar di Fakultas Teknik, dan yang agak-agak aneh bagi orang Jepang pastinya, gulma di sawah tempat kami menanam padi pun serempak berbunga warna merah muda, cantik sekali 😍

Well, sekian cerita refreshing singkat saya di masa pandemi. Sampai jumpa di jalan-jalan berikutnya ya..

Salam,




Share
Tweet
Pin
Share
28 comments

Blog walking adalah kegiatan mengunjungi website atau blog milik penulis lain untuk melakukan studi banding isi blog, membaca artikel, memberikan komentar sebagai masukan ataupun sebagai tanggapan terhadap artikel yang sudah ditulis. Sebagai seorang blogger, tentu kita membutuhkan kegiatan blog walking dari blogger lain untuk meningkatkan traffic kunjungan ke blog-nya, yang tentu saja bersifat timbal balik.

Daftar blog di bawah ini saya buat untuk memudahkan kegiatan blog walking saya. Bagi teman-teman yang ingin menjadi bagian dari kegiatan blog walking ini, silakan tinggalkan alamat website di kolom komentar. Setelah dikunjungi dan diberi jejak komentar, jangan lupa untuk bergantian melakukan hal yang sama di website saya ya. Jika ada timbal balik yang konsisten, saya akan masukkan alamat blog teman-teman di daftar my blog walking list di bawah ini 😉

MY BLOG WALKING LIST

  1. A Little Thing Called Life: A Story of My Life
  2. Jastitahn | Life & Travel Journal
  3. Rosdiana Anisa - My Sweet Journal
  4. dst

Share
Tweet
Pin
Share
18 comments
Lain ladang lain belalang, 
Lain lubuk lain ikannya.

Peribahasa di atas menggambarkan adanya perbedaan adat istiadat dan aturan di daerah yang berbeda. Peribahasa tersebut memang benar adanya. Terlihat dari bagaimana cara warga setempat melakukan kegiatan untuk menyambut datangnya ramadhan. 

Tidak perlu jauh-jauh, dalam satu pulau Jawa saja sudah banyak sekali terdapat perbedaan tradisi. Contohnya, di suku Jawa (sebutan untuk orang asli Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur) menyambut datangnya Ramadhan dengan Padusan dan Nyadran. Sedangkan di Sunda, khususnya di daerah Bogor, mereka punya "Cucurak". 

Apa itu Cucurak?

Merujuk pada Wikipedia Ensiklopedia Bebas, Cucurak atau "curak-curak" berasal dari bahasa Sunda yang berarti bersenang-senang, yang dalam tradisinya sudah secara turun temurun dilakukan dengan berkumpul bersama kolega maupun keluarga. 

Yang menarik dari tradisi cucurak adalah adanya sajian makanan khas sunda seperti nasi liwet, tahu, tempe dan ikan asin yang digoreng, sambal dan lalapan yang dihidangkan di atas daun pisang memanjang. Orang-orang kemudian duduk lesehan secara melingkar atau memanjang untuk menikmati makanan.

Pengalaman saya mengikuti cucurak adalah saat saya masih kuliah di IPB. Tidak jauh dari kampus, ada warung makan sunda bernama Cucurak yang menyediakan menu makan sepuasnya (all you can eat) dengan harga yang cukup ramah di kantong (kalau tidak salah sekitar Rp 30.000). 

Pengalaman lain adalah saat saya semester 7 di IPB, kami teman-teman satu kosan memasak menu masakan sunda, kemudian memakan bersama-sama dengan daun pisang di sawah di belakang kos bersama dengan teman laki-laki lainnya. 

Nggak jarang lho orang-orang ini melakukan cucurak di tempat wisata, seperti dipinggir pantai atau bahkan sekedar ke Kebun Raya Bogor yang teduh. Karena selain bersenang-senang, cucurak juga ada nilai lain yaitu menjaga silaturahmi. Jadi, jika akan berkumpul dengan orang banyak kenapa tidak di tempat yang bagus sekalian ya...

Pernah punya pengalaman cucurak? Silakan komen di bawah ya...

See you,



Share
Tweet
Pin
Share
16 comments

Ini bulan Ramadhan baru mau datang, tapi kenapa sudah banyak kendaraan plat luar daerah yang memadati lalu lintas di pedesaan di Jawa Tengah? Apakah mereka mudik lebaran lebih awal? Bukan, mereka kembali ke kampung halaman karena adanya tradisi "Nyadran". 

Selain nyadran, ternyata ada lagi tradisi di Jawa untuk menyambut Ramadhan, yaitu "Padusan". Nah, ini apalagi? Tenang, kali ini saya akan menjelaskan apa yang saya tahu tentang Padusan dan Nyadran.


PADUSAN

Padusan di Umbul Cokro, Klaten (sumber: travel.kompas.com)

Padusan berasal dari bahasa jawa adus yang secara harfiah berarti mandi. Padusan adalah kegiatan mandi membersihkan diri yang dilakukan sebelum melaksanakan puasa di bulan Ramadhan. Tradisi ini juga sudah dilaksanakan secara turun temurun di Keraton Yogyakarta, dimana laki-laki akan membasahi diri dengan masuk ke dalam kolam bersama-sama, sedangkan perempuan melakukannya di tempat tertutup.

Saat ini, orang-orang memanfaatkan momen padusan dengan beramai-ramai mengunjungi daerah sumber mata air, seperti di daerah Boyolali atau Delanggu (Klaten) yang banyak memiliki umbul (kolam sumber mata air).

Selain kegiatan mandi, padusan memiliki maksa filosofis lain yaitu membersihkan diri dari segala kedengkian, dosa, dan perbuatan-perbuatan buruk lainnya agar dapat berpuasa Ramadhan dengan hati yang suci.


NYADRAN

Kegiatan Nyadran (sumber: kabare.id)

Nyadran adalah suatu budaya turun temurun untuk membersihkan makam anggota keluarga ataupun leluhur yang sudah meninggal, kemudian menabur bunga dan mendo'akan arwah leluhur. Kegiatan ini biasanya dilaksanakan satu bulan sebelum Ramadhan. Oleh karena itu, banyak orang yang pulang ke kampung halaman sebelum Ramadhan dimulai untuk melakukan kegiatan ini. 

Nyadran utamanya dilakukan oleh masyarakat Jawa Tengah dengan ritual yang berbeda-beda tergantung daerah masing-masing. Setiap keluarga yang berpartisipasi dalam kegiatan nyadran wajib mempersiapkan makanan kenduri sendiri, yang biasanya berupa ayam ingkung, sambal goreng, urap, perkedel, tahu dan tempe bacem, dan lainnya. 

Nyadran sudah ada sejak masa kerajaan Hindu-Budha yang berisi puji-pujian kepada para leluhur. Kemudian sejak masuknya Islam ke tanah Jawa, para walisongo mengakulturasikan budaya dengan memasukkan do'a-do'a yang bersumber dari Al-Qur'an sebagai ganti puji-pujian.


Begitulah tradisi menyambut Ramadhan di Jawa, setidaknya demikian di daerah saya walaupun saya tidak pernah mengikuti rangkaian kegiatan diatas. Kalau di daerah kamu, ada tradisi apa dalam menyambut Ramadhan? Silakan berbagi di komen di bawah ya... Jangan lupa cantumkan alamat website kamu juga biar bisa saya kunjungi balik.

See you,

Share
Tweet
Pin
Share
9 comments

Tidak terasa bulan Maret sudah hampir di pengujungnya ya.. Di Jepang, saat ini adalah momen perubahan musim dari musim dingin ke musim semi yang ditandai dengan mekarnya Bunga Sakura. Momen ini juga dijadikan Jepang sebagai awal dari permulaan hal yang baru, yaitu kenaikan kelas, kelulusan dan awal masuk kerja sehingga bisa dipastikan hiruk-pikuk terjadi di seluruh tempat.

Bicara tentang Sakura pasti tidak akan jauh-jauh dari merencanakan Hanami. Perubahan suhu dari yang semula dingin menjadi lebih hangat memang cocok dijadikan ajang berkumpul bersama teman atau kerabat. Nah, tempat favorit Hanami di Kagoshima City itu ada dimana saja sih? Berikut ini saya tuliskan ulasan tempat-tempat favorit saya menikmati Hanami selama tinggal di Kagoshima City.


KOTSUKIGAWA (甲突川)

Kotsukigawa adalah sungai yang mengalir di Kagoshima City. Sepanjang tepi sungai Kotsuki terdapat pohon Sakura yang merupakan spot favorit bagi warga Kagoshima untuk melakukan Hanami. Tentu saja ini karena lokasinya yang berada tepat di jantung Kota Kagoshima sehingga sangat mudah di akses bagi pengunjung dengan berbagai moda transportasi. 

Seorang warga memotret bunga Sakura di tepi Sungai Kotsuki

Pada musim Sakura, biasanya banyak sekali tikar atau terpal dibentangkan oleh warga untuk mereservasi tempat hanami. Pemerintah kota pun turut berpartisipasi dengan menghiasi sepanjang bantaran sungai dengan lampion, menginstall toilet darurat dan tempat sampah untuk memfasilitasi warganya yang mengadakan party di bawah pohon sakura. 

Sakura di Kotsukigawa tidak mekar secara serentak. Namun terdaapat beberapa spot yang biasanya bunga sakura mekar secara bersamaan. Bagi saya, spot paling bagus (bunga Sakuranya) dan nyaman dijadikan tempat makan bersama adalah di dekat tram station Takamibashi (tepat di seberang patung Okubo Tsucimichi) hingga sebelah museum Meiji Restorasi, kemudian lokasi di dekat tram station Takenohashi tepat dimana patung Masayoshi Matsukata berada. Spot terakhir ini juga merupakan tempat favorit jogging bagi saya.

Mulanya saya kurang menyukai spot ini karena terlalu banyak orang. Untuk bisa berfoto dengan leluasa, kami perlu datang pagi-pagi sekitar pukul 07.00 saat masih sepi. Tapi, saat pandemi dimana tidak boleh mengadakan party, orang-orang hanya berlalu lalang saja sehingga memungkinkan saya untuk mengeksplor tempat ini lebih bebas.


YOSHINO PARK (吉野公園)

Yoshino Park merupakan sebuah taman yang terletak disebelah utara Kota Kagoshima. Tempat ini menjadi salah satu spot favorit untuk melakukan hanami karena tempatnya sangat luas. Selain itu, tersedianya playground yang cukup besar tentu menjadi pertimbangan tersendiri bagi orang tua untuk mengajak anak-anaknya bermain. Bagi saya pribadi, pemandangan langsung Gn. Sakurajima beserta Kinko Bay dari observatory deck adalah bagian yang paling saya sukai.

Mejiro and Kawazuzakura in Yoshino Park
Burung Mejiro menghisap nektar bunga Kawazuzakura di Yoshino Park

Terdapat beberapa jenis sakura yang ditanam di taman ini, termasuk salah satunya Kawazuzakura yang mekar paling duluan dibanding jenis sakura lain yaitu pada akhir musim dingin, bulan Februari. Setelah itu, bunga sakura jenis lain akan menyusul mekar secara berkesinambungan. Saya selalu menyempatkan diri berkunjung pada akhir Februari untuk melihat Ume dan Kawazuzakura, kemudian pada awal April untuk menikmati jenis sakura lain dan melakukan hanami bersama teman-teman. 

Baca Lebih Lengkap: Sakura di Akhir Musim Dingin


Hanami in Yoshino Park, Kagoshima
Aktivitas Hanami di Yoshino Park

Yoshino Park terletak agak jauh dari pusat kota, tetapi dapat dijangkau dengan kendaraan umum dan pribadi. Pengunjung bisa menggunakan bus dari depan Kagoshima Chuo Eki yang akan berhenti tepat di depan pintu masuk Yoshino Park.


SAKURAGAOKA (桜ヶ丘)

Sakuragaoka secara harfiah berarti bukit bunga sakura (oka (丘) berarti bukit). Seperti namanya, banyak sekali pohon sakura tumbuh di sini dan bermekaran indah pada musimnya. Namun, karena lokasinya yang cukup jauh dari kota, tempat ini tidak termasuk daftar tempat favorit untuk hanami di Kagoshima City versi Weather News.

Hanami PPI Kagoshima 2018 di Sakuragaoka

Saya mengetahui tempat ini dari beberapa teman saya yang melakukan studi kedokteran di Kagoshima University yang kampusnya terletak di Sakuragaoka. Kami, PPI Kagoshima, pernah melakukan hanami di belakang parkiran Fakultas Kedokteran karena tempatnya nyaman dan bunga sakuranya cukup indah. Alasan lain tentunya karena sepi, sehingga kami tidak perlu berebut dengan orang lain untuk reservasi tempat. Dan karena sepi dan luas, kami bebas mengeksplorasi tempat ini untuk berfoto-foto tanpa khawatir mengganggu orang lain.


KAGOSHIMA FUREAI SPORTLAND(ふれあいスポーツランド)

Kagoshima Fureai Sportland, yang isinya secara umum adalah fasilitas olahraga, terletak tidak jauh dari Sakuragaoka. Meskipun demikian, terdapat ruang terbuka di depan kolam renang yang terdiri dari lapangan dan playground. Di tempat inilah tumbuh beberapa jenis pohon sakura seperti kanhi dan kawazuzakura.

Sakura di Fureai Sportland

Saya mengunjungi tempat ini bersama PPI Kagoshima di awal April 2020 sebelum pemerintah Jepang menetapkan State of Emergency, sehingga terlihat belum banyak orang mengenakan masker meskipun mereka sudah membatasi jarak dengan kelompok lain.

Tempat ini juga bukan termasuk daftar spot hanami terkenal di Kagoshima, sehingga bisa dipastikan jumlah pengunjungnya tidak akan sepadat di Kotsukigawa ataupun Yoshino Park. Namun, adanya area bermain anak-anak inilah yang menjadi daya tarik tersendiri. Buat saya secara personal, running track dibawah pohon sakura adalah hal yang menarik bagi saya.


SAKURAJIMA (桜島)

Sakurajima adalah sebuah pulau kecil dimana gunung Sakurajima berada. Sakurajima secara harfiah berarti pulau bunga sakura (shima (島) berarti pulau, dibaca jima jika dalam penulisannya didahului oleh kanji lain). Sama seperti Sakuragaoka, Sakurajima juga tidak termasuk dalam daftar tempat favorit untuk hanami versi Weather News, tetapi pemandangan bunga Sakura disini tidak boleh diabaikan.

Sakura tunnel di Sakurajima

Saya mengunjungi Sakurajima khusus untuk hanami di tahun 2020, tepat ketika pandemi Covid-19 merebak dan Jepang menetapkan status Emergency State. Jenuh dengan situasi yang mengharuskan kami tidak boleh kemana-mana, teman saya akhirnya membawa saya menyusuri lorong sakura dengan mobil di Sakurajima. 

Pohon sakura di Sakurajima cukup banyak baik dari jenis dan jumlahnya. Jika tidak pandemi, saya yakin tempat ini juga ramai dikunjungi masyarakat sekitar dan wisatawan karena di bawah pohon sakura disediakan meja dan kursi tempat peristirahatan oleh pemerintah setempat. 


Itu tadi daftar tempat favorit hanami saya selama tinggal di Kagoshima. Meskipun beberapa tempat di atas adalah hidden gem alias tidak termasuk daftar favorit bagi orang secara umum, tapi justru itu membuat saya bisa lebih mengeksplorasi tempat untuk berfoto-foto atau mengambil gambar khusus untuk fotografi. Buat saya, mencari tempat hanami tidak perlu yang terkenal, cukup yang nyaman saja. Semakin populer tempat tersebut, sudah bisa dipastikan akan semakin ramai pengunjung.

Sakura itu udah cantik dengan sendirinya, jadi tidak peduli di manapun dia tumbuh, dia yang akan membuat tempat tersebut menjadi lebih cantik ketika musimnya berbunga 😉

Sampai ketemu lagi di catatan berikutnya ya 👋






Note: Reservasi tempat untuk Hanami itu hampir sama seperti Hanabi (firework festival di musim panas), yaitu berebut datang paling cepat, yang biasanya ibu-ibu Jepang is the best kalau urusan seperti ini 😅

Share
Tweet
Pin
Share
8 comments
Newer Posts
Older Posts

Total Pageviews

FLAG COUNTER

Flag Counter

About me

About Me

I am Izza, a scientist who like writing. Here I post about my travel experience, cultural exchanges, and live hack of living in Japan.

Instagram

blog list

  • Pejuang Pena
  • Satsuma Career
  • Satsumakan

Blog Archive

  • ▼  2022 (17)
    • ▼  June 2022 (1)
      • Hydrangea Hiasi Perubahan Cuaca Jelang Musim Panas...
    • ►  May 2022 (1)
      • Azalea: Melengkapi Festival Bunga Musim Semi di Je...
    • ►  April 2022 (5)
      • Belum puas dengan sakura? Wisteria akan membuatmu ...
      • Lautan Biru Nemophila di Taman Bunga
      • Blog Walking
      • Cucurak: Tradisi Warga Bogor Menyambut Ramadhan
      • Budaya Jawa dalam Menyambut Bulan Ramadhan: Padusa...
    • ►  March 2022 (6)
      • Spot Terbaik untuk Melihat Sakura di Kagoshima City
    • ►  February 2022 (3)
    • ►  January 2022 (1)
  • ►  2021 (5)
    • ►  December 2021 (2)
    • ►  November 2021 (1)
    • ►  March 2021 (2)
  • ►  2020 (3)
    • ►  November 2020 (1)
    • ►  July 2020 (1)
    • ►  March 2020 (1)
  • ►  2019 (2)
    • ►  October 2019 (1)
    • ►  May 2019 (1)
  • ►  2018 (2)
    • ►  November 2018 (1)
    • ►  April 2018 (1)
  • ►  2015 (3)
    • ►  October 2015 (3)

Followers

BloggerHub

BloggerHub Indonesia

Blogger perempuan

Blogger Perempuan

1 minggu 1 cerita

1minggu1cerita

Created with by ThemeXpose